ads


Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5


Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas Keperawatan Jiwa ini tepat pada waktunya.

           
Makalah ini berisikan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Konsep Diri guna sebagai materi pembelajaran bagi mahasiswa/i D3 KEPERAWATAN 2012. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.


Surabaya,28 Maret 2014

                                                                                                Penyusun


BAB I
KONSEP DASAR KONSEP DIRI
1.      Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan memepengaruhi hubungannya dengan orang lain.Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, teteapi dipelajari sebagai hasil pengelaman unit seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas  dunia.
(Damaiyanti,Mukhripah & Iskandar.2012.35)

2.      Komponen-komponen Konsep Diri
Komponen konsep diri terdiri atas :
2.1.Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (body image) adalah kumpulan sifat individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya.termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan pengelaman baru.
Hal-hal penting yang terkait dengan gambaran diri seperti focus individu terhadap fisik yang lebih menonjol pada usia remaja, bentuk tubuh, tinggi badan, dan berat badan, serta tanda-tanda pertumbuhan kelamin sekunder, menjadi gambaran diri, cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis, gambaran yang realistic tehadap menerima dan menyukai bagian tubuh, akan member rasa aman dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga diri, serta individu yang stabil, realistic, dan konsisten terhadap gambaran dirinya, dapat mendorong sukses dalam kehidupan.




2.2.Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi.Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri, akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma social dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuain diri.
Pembentukan ideal diri  dimulai pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan harapan atau tuntutan tertentu.Seiring dengan berjalanya waktu individu menginteranalisasikan  harapan tersebut dan akan membentuk dasar dari ideal diri.Pada usia remaja ,ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman.
Individu cenderung menetapkan tujuan  yang sesuai dengan kemampuannya , kultur, realita, menghindar kegagalan dan rasa cemas.Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi,terlalu menuntut, samar-samar atau kabur.Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu memperthankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung,ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental.
Faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu :
·         Menetapkan idel diri sebatas kemampuan.
·         Hasrat melebihi orang lain.
·         Hasrat untuk berhasil.
·         Hasrat memenuhi kebutuhan realitik.
·         Hasrat menghindari kegagalan.
·         Adanya perasaan cemas.

2.3.Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas diri adalah Kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.Identitas diri merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapain tujuan, atribut/jabatan dan peran. Seseorang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang  dirinya berbeda dengan orang lain.Kemandirian timbul dari persaan berharga (respek pada diri sendiri), kemampuan dan penguasan diri.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri.Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.
Ciri individu dengan identitas yang positif
1)      Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain.
2)      Mengakui jenis kelamin sendiri.
3)      Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu kesalarasan.
4)      Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
5)      Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
6)      Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai/direalisasikan.
(Suliswati.2005.95)
2.4.Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya.Harga diri diperoleh dari diri sendiri yaitu dicintai, dihormati dan dihargai.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat , walaupun melakukan kesalahan ,kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga.
2.5.Peran Diri (Self Role)
Peran diri adalah Serangkaian pola sikap perilaku ,nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam kelompok sosialnya.
Hal-hal penting terkait dengan peran diri,yaitu :
1)   Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri.
2)   Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri, menghasilkan harga diri , menghasilakan harga diri yang tinggi atau sebaliknya.
3)   Posisi individu dimasyarakat dapat menjadi stesor terhadap peran.
4)   Stres peran, terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas,peran yang tidak sesuai,dan peran yang terlalu banyak atau berlebihan.
(Damaiyanti,Mukhripah & Iskandar.2012.3

3.      Psikodinamika
3.1.Ego menurut sigmund freud
-          Ego adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontak dengan realita. Kebutuhan lambat laun akan semakin kuat dan bertambah banyak, sedang keinginan-keinginan lain akan datang silih berganti. Di seputar alam sadar ini, selama tahun-tahun pertama kehidupan seorang bayi, sebagian id berubah menjadi ego. Ego menghubungkan organisme dengan realitas dunia melalui alam sadar yang dia tempati, dan dia mencari objek-objek untuk memuaskan keinginan dan nafsu yang dimunculkan id untuk merepresentasikan apa yang dibutuhkan organisme. Proses ini disebut proses sekunder. Tidak seperti id, ego berfungsi berdasarkan prinsip-prinsip realitas, artinya dia memenuhi kebutuhan organisme berdasarkan objek-objek yang sesuai dan dapat ditemukan dalam kenyataan.
Contohnya, ego seorang wanita secara sadar, memotivasinya untuk memilih pakaian yang dijahit rapi dan sangat licin karena ia merasa nyaman berbusana seperti itu. Pada saat yang sama ia mungkin ingat samar-samar (secara bawah sadar) bahwa sebelumnya ia pernah dipuji karena memilih pakaian yang bagus. Selain itu, barangkali termotivasi secara tidak sadar untuk berperilaku rapi dan teratur. Jadi keputusan untuk mengenakan pakaian rapi nan licin bisa terjadi di tiga tingkat kehidupan mental. Menurut Frued, tugas pokok Ego adalah menjaga integritas pribadi dan menjamin penyesuaian dengan alam realitas. Selain itu, juga berperan memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik dengan keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain. Ego juga mengontrol apa yang akan masuk ke dalam kesadaran dan apa yang akan dilakukan. Jadi, Fungsi Ego adalah menjaga integritas kepribadian dengan mengadakan sintesis psikis.

4.      Penyebab gangguan konsep diri
4.1. Faktor predisposisi
1)   Biologi :
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti : suhu dingin atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yg tidak memadai dan pencemaran (polusi) udara atau zat kimia.
2)      Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.

3)   Sosio kultural
Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial
4.1.1.  Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
1)      Kehilangan / kerusakkan bagian tubuh ( anatomi / fungsi ).
2)      Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh ( akibat pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit ).
3)      Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh.
4)      Prosedur pengobatan seperi radiasi, kemoterapi, transplantasi.
4.1.2. Faktor predisposisi gangguan harga diri
1)   Penolakan dari orang lain.
2)   Kurang penghargaan.
3)   Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten.
4)   Persaingan antar – saudara.
5)   Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
6)   Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.
4.1.3. Faktor predisposisi gangguan peran
1)   Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan sehat – sakit.
2)   Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
3)   Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai.
4)   Peran yang terlalu banyak.
4.1.4. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
1)   Ketidakpercayaan orang tua pada anak.
2)   Tekanan dari teman sebaya.
3)   Perubahan struktur social
4.2.Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu ( internal or external sources ) yang terdiri dari :
1)      Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
2)      Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya.
 Ada 3 jenis transisi peran :
1)      Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Pertumbuhan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma – norma budaya, nilai – nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
2)      Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui peristiwa penting dalam kehidupan individu seperti kelahiran atau kematian.
3)      Transisi peran sehat – sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
Ø   Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
Ø   Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal.
Ø  Prosedur medis dan perawatan.
(Suliswati.2005.95-97)
4.3.Tanda dan Gejala
1)      Mengkritik diri sendiri.
2)      Perasaan tidak mampu.
3)      Pandangan hidup yang peisimis.
4)      Penurunan produktivitas.
5)      Penolakan terhadap kemampuan diri.
6)      Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
7)      Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri
(Damaiyanti,Mukhripah & Iskandar.2012.40)
4.4.Komplikasi
Komplikasi yang bisa muncul yaitu :
1)      Isolasi sosial.
2)      Perilaku kekerasan.
3)      Halusinasi pendengaran dan Halusinasi pengelihatan.
4)      Bisa juga mengakibatkan adanya waham.

5.      Rentang Respon
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar perilaku individu.Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interperpersonal ,kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan.
Konsep diri yang negative dapat dilihat dari hubungan individu dan social yang maladaptive.
1)   Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengelaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2)      Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya secara positif,hal ini akan menunjuhkan bahwa individu itu akan menjadi individu sukses.
3)      Harga diri rendah merupakan perasaan negative terhadap dirinya sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri, dan atau orang lain,penurunan produktifitas , destruktif yang diarahkan  kepada orang lain, gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu , rasa bersalah, perasaan negative mengenai dirinya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara social, khawatir , serta menarik diri dari realitas.
4)      Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif ,perasaan hampa.perasaan mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain.
5)      Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau dari luar dirinya.dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.
(Damaiyanti,Mukhripah & Iskandar.2012.38)

















BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.     Pengkajian
1.1.  Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang obyektif dan teramati serta bersifat subyektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga diri yang rendah, kerancuan identitas dan depersonalisasi.
1.1.1.Perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh :
Ø   Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
Ø  Menolak bercermin
Ø  Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
Ø   Menolak usaha rehabilitas.
Ø  Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
Ø   Menyangkal cacat tubuh
1.1.2.Perubahan perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah :
Ø  Mengkritik diri sendiri
Ø  Merasa bersalah dan khawatir.
Ø  Merasa tidak mampu.
Ø  Menunda keputusan
1.1.3.Perubahan perilaku yang berhubungan dengan keracunan identitas
Ø  Tidak melakukan kode moral.
Ø  Kepribadian yang bertentangan
Ø  Kecemasan yang tinggi
Ø  Tidak mampu berempati terhadap orang lain
1.1.4.Perubahan perilaku yang berhubungan dengan depersonalisasi :
ü  Afektif :
Ø Kehilangan identitas diri.
Ø Merasa asing dengan diri sendiri.
Ø Tidak mampu mencari kesenagan
ü  Persepsi :
Ø Halusinasi pendengaran / penglihatan..
Ø Sulit membedakan diri dengan orang lain.
Ø Menjalani kehidupan seperti dalam mimpi
ü  Kognitif :
Ø Bingung.
Ø Disorientasi waktu.
Ø  Gangguan daya ingat
ü  Perilaku :
Ø Pasif.
Ø Komunikasi tidak sesuai.
Ø  Kurang mampu membuat keputusan.
Ø  Menarik diri dari hubungan sosial.
1.2.Mekanisme Koping.
Klien dengan gangguan konsep diri menggunakan mekanisme koping yang dapat dikategorikan menjadi dua yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang.
1.2.1.      Koping Jangka Pendek.
Karateristik koping jangka pendek :
1)      Aktivas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara dari krisis ,misalnya menonton televise , kerja keras, olahraga berat.
2)      Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,misalnya ikut kegiatan sosial politik, agama.
3)      Aktivitas yang member kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri.misalnya aktivitas yang berkompetensi yaitu pencapaian akademik, olahraga yang kompetetif.


1.2.2.      Koping Jangka Panjang.
1)      Penutupan identitas : Adopsi identitas premature yang di inginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2)      Identitas Negatif: Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat.
(Suliswati.2005.99)
2.     Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut (Nanda, 1996 dan Stuart, 1998)  yang
berhubungan dengan respon konsep diri :
2.1.  Gangguan citra tubuh
2.1.1.  Komunikasi,kerusakan verbal
2.1.2. Koping, individu inefektif
2.1.3.  Gangguan penyaluran energi
2.1.4.  Berduka, disfungsi
2.2. Penampilan peran, perubahan
2.2.1.   Defisit perawatan diri
2.3. Gangguan harga diri
2.3.1. Pola seksualitas, perubahan
2.3.2. Interaksi sosial

3.     Perencanaan Keperawatan pada Gangguan Konsep Diri
Tujuan Umum : Meningkatkan aktualisasi diri pasien dengan membantu menumbuhkan, mengembangkan, menyadari potensi sambil mencari kompensasi ketidak mampuan.
Tujuan Khusus : Pasien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konsep diri dan membantu pasien agar lebih mengerti akan dirinya secara tepat.


Prinsip
Rasional
Intervensi
Tujuan : Memperluas Kesadaran Diri Pasien
Bina hubungan terbuka, saling percaya
Kurangi ancaman yang terlihat dalam sikap perawat terhadap pasien, bantu pasien untuk meluaskan dan menerima semua aspek kepribadian
·         Tawarkan penerimaan tanpa syarat.
·         Dengarkan pasien.
·         Dukung pembahasan tentang pikiran dan perasaan pasien.
·         Sampaikan bahwa pasien adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
Bekerja dengan kemampuan yang dimiliki pasien.
Kekuatan ego tingkat tertentu, seperti kapasitas untuk uji realitas, control diri atau tingkat integritas ego, dibutuhkan sebagai dasar asuhan keperawatan kemudian.
Identifikasi kekuatan ego pasien.
Arahkan pasien sesuai dengan kemampuan minimal :
·         Mulai dengan meyakinkan identitas pasien.
·         Berikan dukungan untuk mengurangi tingkat kepanikan (cemas).

·         Dekati pasien dengan cara tidak menuntut.
·         Terima dan upayakan klarifikasi komunikasi verbal dan non verbal.
·         Cegah pasien dari pengisolasian diri.
·         Bina rutinitas yang sederhana bagi pasien.
·         Tetapkan batasan untuk perilaku yang tidak tepat.
·         Orientasi pasien terhadap realitas.
·         Kuatkan perilaku yang sesuai.
·         Tingkatkan aktivitas dan tugas yang dapat memberikan pengalaman positif secara bertahap.
·         Bantu dalam kebersihan dan kecantikan diri.
·         Dukung pasien dalam asuhan mandiri.

Memaksimalkan peran serta pasien dalam hubungan terapeutik
Timbal balik diperlukan bagi pasien untuk menerima tanggung jawab terhadap perilaku dan respon kopingnya yang maladaptif.
·         Tingkatkan peran serta pasien secara bertahap dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan asuhan dirinya.
·         Sampaikan bahwa pasien adalah individu yang bertanggungjawab jawab
Tujuan : Mendukung Eksplorasi Diri Pasien
Bantu pasien untuk menerima perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya.
Dengan menunjukkan miat dan penerimaan terhadap perasaan dan pikiran pasien, perawat membantu pasien untuk melakukan hal yang sama.
·         Dukung ekspresi emosi, keyakinan, perilaku dan pikiran pasien secara verbal dan non verbal.
·         Gunakan keterampilan komunikasi terapeutik dan respon empati.
·         Catat penggunaan pemikiran logis dan tidak logis pasien serta laporkan dan amati respon emosinya.
Bantu pasien mengklarifikasi konsep diri dan hubungan dengan orang lain melalui pengungkapan diri.
Pengungkapan diri dan pemahaman terhadap persepsi diri diperlukan untuk membawa perubahan yang akan datang, pengungkapan diri dapat mengurangi ansietas.
·         Bangkitkan persepsi pasien tentang kelebihan dan kekurangan diri yang dimiliki.
·         Bantu pasien untuk menguraikan keyakinan ideal diri.
·         Identifikasi kritik diri pasien.
·         Bantu pasien untuk menguraikan keyakinan tentang bagaimana ia berhubungan dengan orang lain dan dengan peristiwa.
Menyadari dan mengontrol perasaan perawat.
Kesadaran diri memungkinkan perawat memberikan model perilaku otentik dan membatasi pengaruh negatif kontertransferens dalam hubungan.
·         Terbuka terhadap perasaan anda sendiri.
·         Terima perasaan positif dan negatif.
·         Gunakan diri secara terapeutik dengan :
·         Berbagi perasaan anda dengan pasien.
·         Mengungkapkan tentang apa yang mungkin orang lain rasakan.
·         Mencerminkan persepsi anda terhadap perasaan pasien.
Berespon empati bukan simpati, tekankan bahwa kekuatan untuk berubah berada pada pasien.
Simpati dapat menimbulkan rasa kasihan pasien; sebaliknya, perawat harus mengkomunikasikan bahwa situasi kehidupan pasien memrlukan kendali diri.
·         Gunakan respon empati dan pantau diri anda terhadap perasaan simpati atau kasihan.
·         Tegaskan bahwa pasien bukan tidak berdaya atau tak kuasa dalam menghadapi masalah.
·         Tunjukkan pada pasien baik secara verbal maupun melalui perilaku bahwa pasien bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri, termasuk memilih respon koping yang adaptif atau maladaptive.
·         Gunakan sistem pendukung dari keluarga dan kelompok untuk memfasilitasi eksplorasi diri pasien.
·         Bantu pasien dalam mengenali sifat konflik dan respon koping maladaptif.
Tujuan : Membantu Evaluasi Diri Pasien
Bantu pasien untuk menjabarkan masalah secara jelas.
Hanya setelah masalah dijabarkan dengan benar, pilihan alternatif dapat diusulkan.
·         Identifikasi stressor yang relevan dan penilaian pasien terhadap stressor.
·         Klarifikasi bahwa keyakinan pasien mempengaruhi perasaan dan perilakunya.
·         Bersama pasien mengidentifikasikan keyakinan yang salah ilusi, tujuan yang tidak realistis.
·         Identifikasi bersama area kekuatan.
·         Tempatkan konsep keberhasilan dan kegagalan dalam pandangan yang sesuai.
·         Gali penggunaan sumber koping pasien.
Gali respon adaptif dan maladaptive pasien terhadap masalah.
Penggalian koping tersebut penting untuk memeriksa pilihan koping pasien dan mengevaluasi akibat positif dan negatif.
·         Uraikan kepada pasien bahwa semua respon koping dapat dipilih dan mempunyai akibat baik positif maupun negatif.
·         Bandingkan respon adaptif dan maladaptif.
·         Identifikasi bersama kerugian respon koping yang maladaptif.
·         Identifikasi bersama keuntungan atau hasil respon koping adaptif.
·         Bahas bagaimana hasil tersebut mendukung penggunaan respon koping adaptif selanjutnya.
·         Gunakan berbagai keterampilan terapeutik, seperti, Komunikasi fasiliatif,   Konfrontasi suportif, Klarifikasi peran
·         Reaksi transferens ( respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya di masa lalu.) dan kontertranferens (hambatan dalam komunikasi terapeutik yang dibuat oleh perawat dan bukan oleh klien.) dalam hubungan perawat-klien

Tujuan : Membantu Pasien Dalam Merumuskan Rencana Tindakan yang Realistis
Bantu pasien mengidentifikasi pemecahan masalah alternatif.
Hanya setelah semua alternatif yang memungkinkan dievaluasi baru dapat terjadi suatu perubahan.
·         Bantu pasien memahami bahwa hanya dia yang dapat mengubah dirinya, bukan orang lain.
·         Jika pasien berpegang pada persepsi yang tidak konsisten, bantu pasien untuk melihat bahwa dia dapat mengubah :
·         Keyakinan atau ideal mendekati suatu kenyataan.
·         Lingkungan membuatnya konsisten dengan keyakinan pasien.
·         Jika konsep diri tidak konsisten dengan perilaku, pasien dapat mengubah :
·         Perilaku yang sesuai dengan konsep diri.
·         Keyakinan yang melatar belakangi konsep diri termasuk perilaku.
c4.     .
Bantu pasien mengkonseptualisasi tujuan yang realistik.
Penetapan tujuan harus mencakup jabaran yang jelas tentang perubahan yang diharapkan.
·         Dorong pasien untuk merumuskan tujuannya sendiri (bukan tujuan perawat).
·         Bahas bersama konsekuensi yang bersifat emosional, praktikal dan realistic dari tiap tujuan.
·         Bantu pasien untuk menjabarkan secara jelas perubahan konkrit yang diinginkan.
.
Tujuan : Membantu Pasien agar Bertekat untuk Membuat Keputusan dan Mencapai Tujuannya Sendiri
Bantu pasien melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengubah respon koping maladaptif dan mempertahankan respon koping yang adaptif.
Tujuan utama dalam meningkatkan penghayatan adalah membuat pasien mengganti respon koping yang maladaptif dengan yang lebih adaptif.
·         Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengalami suatu keberhasilan.
·         Dukung kekuatan, keterampilan dan aspek yang sehat dari kepribadian pasien.
·         Dukung pasien untuk memperoleh bantuan (pekerjaan, finansial, pelayanan masyarakat).
·         Gunakan kelompok untuk meningkatkan harga diri pasien.
·         Tingkatkan perbedaan diri pasien dalam keluarga.
·         Beri pasien waktu yang cukup untuk berubah.
·         Beri sejumlah dukungan yang sesuai dan positif untuk membantu pasien mempertahankan kemajuannya.

(Stuart, Gail Wiscarz & Sandra J. Sundeen.1998.242-250)



















Daftar Pustaka

Damaiyanti,Mukhripah & Iskandar.2012. Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung:Refika Aditama
Stuart,Gail Wiscarz & Sandra J. Sundeen..Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Edisi 3.Jakarta : EGC
Suliswati,dkk.2005.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta:EGC

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top