Asuhan Keperawatan
Klien dengan Depresi
1. Definisi
Depresi
adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau emosi yang disertai komponen
psikologi: rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahaga serta komponen
somatif : anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan
denyut nadi menurun (Teddy Hidayat, 2008).
Depresi
merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi
dengan realitas, tidak dapat memulai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh
orang lain.
2. Proses Terjadinya Masalah
Klien
yang mengalami depresi biasanya diawali dari presepsinya yang negative terhadap
stressor. Klien menganggap masalah sebagai suatu yang seratus persen buruk.
Hamper semua masalah yang muncul ia anggap negative. Karena presepsi yang salah
tersebut maka akan menuntun klien untuk berpikir dan bertindak salah. Pikiran
yang selalu muncul adalah “saya sial, sata menderita, saya tidak mampu, tidak
ada harapan lagi, semua buruk”. Kondisi ini diperburuk dengan tidak adany
support sistem yang adekuat seperti keluarga, sahabat, ibu, tetangga, adanya
tabungan terutama keyakinannya pada yang Maha kuasa. Munculah fase akumulasi
stressor dimana stressor yang lin ikut memperburuk keadaan klien. Klien akan
merasa tidak berdaya dan akhirnya ada niat untuk menciderai diri dan mengakhiri
hidup. Hal ini menjadi pemicu munculnya harga diri rendah yang akan menjadi
internal stressor.
3. Faktor Penyebab Depresi
Depresi
disebabkan oleh banyak faktor antara lain: faktor herediter dan genetik, faktor
konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikologis,
faktor neurologis, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan
elektrolit.depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit
infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan, dan faktor psikis seperti
kehilangan kasih sayang
atau harga diri.
Depresi lebih banyak dijumpai pada
seseorang dengan kepribadian tertentu, sedang, kepribadian banyak ditentukan
oleh genetik. Pada keluarga yang salah satu orang tuanya mengalami depresi akan
berpeluang 10-15% untuk memiliki anak untuk menderita depresi di kemudian hari.
Ciri-ciri seseorang yang mempunyai
kepribadian depresif:
1) Mereka
sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan kawatir, irritable, tegang
dan agitatif.
2) Mereka
yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah dan lebih senang berdamai
untuk menghindari konflik atau konfrontasi, merasa gagal dalam usaha dan
sekolah, lamban, lemah, lesu atau sering mengeluh sakit.
3) Pengendalian
dorongan dan impuls terlalu kuat, menrik diri, lebih suka menyisih, sulit ambil
keputusan, enggan berbicara, pendiam ,dan pemalu, menjaga jarak dan menghindari
keterlibatan dengan orang lain.
4) Suka
mencela dan mengkritik, menyalahkan orang lain, atau menggunakan mekanisme
pertahanan penyangkalan.
4. Tanda dan Gejala
Data
subjektif menunjukan bahwa klien tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas
berbicara. Sering mengemukakan keluhan somatif seperti nyeri abdomen dan dada,
anoreksia, sakit punggung, pusing. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi,
tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa, dan cenderung ingin
bunuh diri. Pasien mudah tersinggug dan ketidakamapuan untuk konsentrasi.
Data objektif menunjukan bahwa
gerakan tubuh klien tehambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap
merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lamabat dengan langkah yang
diseret kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidaka
ada napsu makan, sukar tidur dan sering menangis. Proses berpikir terlambat,
seoalah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat,
tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal. Pada pasien psikosa depresi
terdapat perasaan brsalah yang mendaam, tidak masuk akal (irasional), waham
dosa, depresionalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka menunjukan
sikap bermusuhan, mudah tersinggung, mengalami kebersihan diri yang kurang dan
keterbelakangan psikomotor.
Depresi
ditandai dengan gejala:
1) Kemurungan,
kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat dan merasa
tidak berdaya
2) Perasaan
bersalah atau berdosa tidak berguna dan putus asa
3) Napsu
makan dan berat badan menurun
4) Sulit
konsentrasi dan daya ingat menurun
5) Gangguan
tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan) disertai mimpi-mimpi yang tidak
menyenangkan misalnya mimpi orang yang sudah meninggal
6) Agitasi
atau reterdasi motorik (gelisah atau keterlambatan motorik)
7) Hilang
perasaan senang, semangat dan minat, meninggalkan hobi.
8) Kreatifitas
dan produktifitas menurun
9) Gangguan
seksual (libido menurun)
10) Pikiran-pikiran
tentang kematian dan bunuh diri
5. Pengkajian
5.1 Aktivitas dan Istirahat
Letih, malaise, penurunan tingkat
energy, letargi. Gangguan tidur misalnya insomnia, terjadi pada 90% kasus baik
insomnia ansietas (dengan kesulitan untuk terlelab) atau insomnia depresif
(dengan ketidakberdayaan dan perasaan tidak semangat terutama GAS). Menyebutkan
perasaan paling baik sewaktu dini hari, kemudian secara bertahap semakin hari
perasaan lebih buruk (distimia), atau sebaliknya dapat ,menjadi lebih benar
(terutama pada depresi berat).
5.2 Integritas Ego
Perasaan tidak berharga, pernyataan
merusak diri, ekspresi rasa beralah, atau ketidakadekuatan minor yang
dilebih-lebihkan, dapat meyakini proporsi delusi dengan adanya tanda tidak
merasa betanggungjawab atas kejadian tragedy besar dan bencana atau dihukum
karena bersalah. Kesedihan yang tidak wajar, kehilangan actual atau stressor
kehidupan yang disadari sebagai kehilangan (misalnya, pension, PHK, penyakit,
penuaan, perceraian). Perasaan tidak berdaya, putus asa, pesimis, peka, marah
berlebihan.
5.3 Eliminasi
Konstipasi dan retensi urin dapat
muncul.
5.4 Makan atau Minum
Penurunan atau peningkatan napsu makan
yang disertai oleh perubahan signifikan pada berat badan (rata-rata peningkatan
4,5 kg pada GAS).
5.5 Higiene
Tidak memperlihatkan kebutuhan pribadi
dan penampilan yang tidak terpelihara. Kemungkinan ada bau badan. Sikap tubuh
mungkin bungkuk/malas-malasan (terlihat seperti seseorang yang kalah).
5.6 Neurosensoris
Perasaan atau alam perasaan bersedih,
dengan kehilangn minat/kesenangan pada aktifitas yang bisa dilakukan. Alam
perasaan depresi sepanjang hari, selama berhari-hari, selama paling sedikit dua
tahun ( distimia), atau dengan periode bebas dari gejala intermiten selama
paling sedikit 2 bulan (kambuhan). Ekspresi kesedihan, tidak diterima, tidak
peduli tentang apapun, tidak melihat masa depan untuk dirinya sendiri, menarik
napas dalam, sakit kepala dan menangis.
Retardasi
psikomotor, muncul gamabaran “gerak lambat”, dengan letensi dan bicara yang
pelan (berhenti lama sebelum berespon), penurunan jumlah bicara, dan gerakan
tubuh yang lambat, menggambarkan gerakan konstan, cepat, tanpa tujuan (depresi
berat). Pikiran dengan konsentrasi buruk dan penurunan motorik, memori, tidak
bisa memutuskan, ide bunuh diri.
5.7 Keamanan
Pikiran bunuh diri yang mungkin muncul
selama sakit, dapat direntang keparahannya dari pengambilan konsekuensi
perilaku (misalnya, kurang kerjasama dalam pelaksanaan medis), berharap keadaan
berakhir atau mati memspesifikasikan rencana dan bunuh diri.
5.8 Seksualitas
Tidak tertarik dalam aktifitas seksual,
impoten. Wanita terkena hampir
dua kali lebih sering dari pada pria, terutama selama masa kehamilan diatas
umur dua puluhan sampai awal umur tigapuluhan dan terulang lagi pada masa pasca
menopause di umur empat puluhan sampai awal umur lima puluhan.
5.9 Interaksi Sosial
Penurunan partisipasi, kesulitan memulai
aktifitas, menarik diri (misalnya didalam rumah atau tetap dalam ruangan/tempat
tidur tunggal).
5.10 Pengajaran atau Pembelajaran
Riwayat keluarga depresi rata-rata
kejadian yang tinggi adalah alkoholisme atau penyalahgunaan obat lain.
6. Pemeriksaan Diagnostik
1)
Respon hormone Penstimulasi-Tiroid
terhadap hormone pelepasan-Tirotropin: Penurunan kadarnya menyatakan adanya
depresi
2)
Uji supresi-dekstrametason (DST): kadar
kortisol pasca deksametason yang melebihi 5 g/dL menandakan adanya
abnormalitas/hasil yang positif dan dapat digunakan untuk memperkirakan
keefektifan entidepresan
3)
Profil tidur EEG: menujukkan penurunan
latensi tidur REM (gerakan mata yang cepat)
4)
Hitung darah lengakp, glukosa
darah,elektrolit, uji fungsi hati/ginjal: mengidentifikasi abnormalitas yang
memperberat atau akibat dari depresi
Uji medis lain meliputi:
1)
Aktitvitas oksidase monoamine trombosit (MAO) : meningkat
2)
Amin biogenic (terutama kadar
norepinefrin dan serotonin) menunrun:
kadar serotonin rendah mungkin lebi dari sepuluh kali memutuskan bunuh diri
dalam satu tahun
3)
Glikoprotein asam-α: inhibitor peghantar
serotonin meningkat
4)
Uji Rorschach: waktu reaksi panjang,
warna kromatik berespon terhadap penurunan
5)
Skala depresi Zung : keluhan diri
mencerminkan afektif, psikis, karakteristik somatic
Depresi
7. Prioritas Keperawatan
7.1
Meningkatkan keamanan fisik denag focus khusus pada pencegahan tidakan bunuh
diri
7.2
Memenuhi kebutuhan dasar klien, meningkatkan kemungkinan tingkat fungsi
kebebasan tertinggi
7.3
Meningkatkan pengalaman atau interaksi yang menambah harga diri, perasaan
kekuatan individu
7.4
Mendukung partisipasi klien atau keluarga dalam perawatan tindak lanjut atau
penatalaksanaan komunitas
7.5 Memberi
informasi kondisi, prognosis dan kebutuhan penatalaksanaan
8. Diagnosa Keperawatan
8.1 Defisit perawatan diri berhubungan
dengan kurangnya minat atau tidak peduli ditandai oleh gangguan kemampun
membuat keputusan, seperti apakah harus turun dari tempat tidur, apa yang
hendak dimakan/dipakai, penampilan tidak rapi
8.2 Nutrisi perubahan kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan nutrisi yang tidak tepat untuk memenuhi kebutuhan
metabolik ditandai oleh kurang minat terhadap makanan
8.3 Hambatan interaksi social
berhubungan dengan perubahan status mental ditandai oleh menolak undangan atau
keterlibatan social, tetap berada di rumah/tempat tidur
8.4 Ansietas berhubungan dengan konflik
psikologis (konflik tidak sadar tentang tujuan hidup) ditandai oleh konsentrasi
dan memori buruk, penurunan kemapuan untuk meraih ide, ketidakmampuan memahamu,
gangguan kemampuan membuat keputusan
8.5 Gangguan proses keluarga berhubungan
dengan krisis perkembangan (mis, kehilangan anggota keluarga/hubungan) ditandai
oleh ekspresi konfusi dan peryataan kesulitan mengatasi situasi
8.6 Defisit pengetahuan mengenai
diagnosis, penatalaksanaan dan kebutuhan perawatan diri berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang patofisiologi dan penatalaksanaan depresi ditandai oleh
kurang mengikuti kelanjutan program penatalaksanaan
8.7 Membahayakan diri berhubungan dengan
depresi alam perasaan ditandai oleh mengungkapkan ide bunuh diri
9.
Rencana dan Tindakan Keperawatan
9.1
DP 1: Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya minat atau tidak
peduli ditandai oleh gangguan kemampun membuat keputusan, seperti apakah harus
turun dari tempat tidur, apa yang hendak dimakan/dipakai, penampilan tidak
rapi.
Tujuan: klien mampu menunjukan sejumlah
aktivitas, peningkatan perhatian/kekhawatiran untuk rapi dan bersih, serta
mulai mengarahkan hidupnya sendiri.
Intervensi:
1.) Bicara langsung dengan klien dan
hargai individu
R: Meningkatkan makna diri individu
2.) Beri kesempatan terstruktur bagi
klien untuk membuat pilihan perawatan (mis, apa yang hendak dipakai hari ini
dan aktivitas apa yang akan dilakukan)
R: Mulai membangun kemampuan sendiri
untuk membuat kepuusan dan menerima konsekuensinya
3.)
Pilih salah satu aktivitas dan rencanakan bersama klien bagaimana
mengimplementasikan cara berpakaian yang konkret dan sederhana
R: Membantu klien dalam perawatan diri
secara perlahan dan mudah dicapai. Klien depresi merasa dirinya berlebihan dan
sangat penting bahwa keberhasilan dialami atas satu tugas pada satu saat
4.) Beri/kumpulkan alat yang dibutuhkan,
peralatan klien sendiri atau pakaian
R: Keberadaan peralatan dapat mendukung
penampilan dengan memiliki barang pribadinya, meningkatkan harga diri dan
otonominya
5.) Susun sasaran aktivitas progresif
dengan klien
R: menurunkan resiko komplikasi yang
terkait dengan gaya hidup yang menetap. Aktivitas juga dapat melepaskan endorfi
alami yang membantu peningkatan alam perasaan
6.) Beri pengingat rendah mengenai
perlunya melakukan aktivitas perawatan diri
R: Penunjuk dapat membantu klien, namun
pengingat dapat diterima sebagai kritik dan dapat memenuhi pikiran menghina
diri
6.) Beri penguatan ringan untuk
perbaikan fungsi dalam bidang ini
R: Meningkatkan harga diri, penguatan
ringan menghindari provokasi dan kerusakan diri
7.) anjurkan bertemu dengan ahli
kecantikan jika pelayanan ini mudah ditemukan
R: Dapat meningkatkan citra diri,
merangsang partisipasi dalam aktivitas perawatan diri
9.2
DP 2: Nutrisi perubahan kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi yang
tidak tepat untuk memenuhi kebutuhan metabolik ditandai oleh kurang minat
terhadap makanan.
Tujuan: Klien mampu mengidentifikasi
tindakan/gaya hidup yang berubah untuk mencapai kembali dan untuk
mempertahankan berat badan yang sesuai
Intervensi:
1.) Jelaskan pada klien bahwa malnutrisi
itu sendiri menurunkan tingkat energy dan kemampuan berpikir secara kohesif
(mis. Penurunan protein dan dampak vitamin B serta membuat depresi semakin
parah)
R: Dapat memberi insetif terhadap makan,
meningkatkan kerjasama dalam program dan supan makanan bergizi
2.) Kenalkan dan sediakan makanan yang
menurut klien menarik. Gunakan keluarga atau teman sebagai sumber petunjuk
R: Dapat meningkatkan hasrat makan dan
meningkatakan asupan yang seimbang. Keluarga dapat member informasi tentang
makanan yang disukai dan tidak disukai klien yang membantu meningkatkan asupan
makanan.
3.) Beri makan sedikit dan pemberian
makan dengan interval, yang menenkankan pilihan makanan yang mengandung nutrisi
R: Makanan yang banyak dapat terlihat
sebagai tantangan yang tidak dapat di atasi, terutama pada klien yang depressi
4.) konsultasi denagan ahli diet jika
perlu
R: Membantu dalam menentukan kebutuhan
individu, mengganti terapi diet, dan menguatkan kebiasaan makan yang tepat
5.) Pantau jumlah dan jenis makanan yang
dikosumsi, hitung asupan kalori total. Catat bagaimana klien bersikap terhadap
makanan dan tindakan makan
R: Memberi data dasar dan
mendokumentasikan perubahan/kemajuan sasaran
6.) Pantau berat badan, bergantung pada keparahan
masalah dan respons klien terhadap penimbangan
R: Memberi informasi tentang kebutuhn
terpiutik. Catatan: Peningkatan napsu makan adalah salah satu respons paling
awal terhadap penggunaan antidepresan
9.3
DP 3: Hambatan interaksi social berhubungan dengan perubahan status mental
ditandai oleh menolak undangan atau keterlibatan social, tetap berada di
rumah/tempat tidur
Tujuan: Klien mendatangi kemudian
berpartisipsi dalam sejumlah aktivitas khusus selama sehari/minggu
Intervensi:
1.)
Rencanakan pertemuan dengan klien secara konsisten dan tepat waktu
R: Dalam membangun kepercayaan klien
harus tahu bahwa perawata akan mengukiti selama pertemuan/komitmen yang telah
disepakati sebelumnya
2.) Sapa klien secara rutin, dimulai
dengan nama klien dan komentar pribadi (mis,penampilan atau cara berpakaian)
R: Menguatkan individualitas dan
mendapatkan perhatian. Menunjukan penerimaan tanpa pamrih. Cara ini mencegah
mendesak klien member respon ketika ada perasaan depresi
3.) Mulai percakapan dan “beri” klien
sebuah topic (mis, kejadian di dunia)
R: Memulai aktivitas sering dirasakan
sulit bagi klien dan dengan adanya penugasan membantu klien memulai aktivitas
4.) Ambil waktu yang adekuat, tunggu
respons klien dengan sabar, observasi dan beri umpan balik mengenai pnyampaian
perasaan dan gaya interaksi yang terlihat
R: Menunjukan minat dan harga diri. Meningkatkan
pemahaman tentang bagaimana klien diterima oleh orang lain, ketika
ketidaknyamanan telah dialami dan member kesempatan untuk berubah
5.) Tingkatkan jadwal aktivitas secara
bertahap. Ikut terlibat dengan satu orang individu lain atau pada aktivitas
yang tenang dalam ruang lingkup sehari-hari
R: Menigkatkan perubahan kerjasama,
menghilangkan ancaman, meningkatkan kemajuan interaksi
6.) Tentukan minat/aktivitas yang
disukai klien dan minta klien untuk mengungkapkannya
R: Revitalisasi inagtan klien pada suatu
waktu ketika klien merasa dirinya lebih baik, meningkatkan idividualitas klien,
perasaan menawarkan diri pada orang lain dan mengurangi perasaan terisolasi
7.) Libatkan keluarga dan teman untuk
mengantar/mengawal sewaktu pergi keluar dan menjalankan fungsinya
R: Kejadian seperti ini sedikit
melibatkan klien, tetapi meningkatkan keikutsertaan klien, tetapi meningkatkan
keikutsertaan klien secara social dan menghasilkan penguatan social. Menurunkan
perasaan isolasi dari dunia luar
8.) Gunakan situasi kelompok untuk
memberi penguatan/dampak yang maksimal (mis, terapi kelompok atau terapi
okupasi)
R: Situasi kelompok memberikan
kesempatan yang lebih untuk interaksi, umpan balik dan penguatan
9.) Beri penguatan positif terhadap
kehadiran/penampilan klien (mis, peningkatan keterlibatan klien dalam kelompok)
R: Penguatan positif menguatkan
penghargaan dalam mencoba taktik baru dan mendorong pergaulan perilaku yang
diinginkan
10.) Bimbing klien dalam
mengidentifikasi pendorong alami yang muncul pada interaksi yang lebih efektif
R: Pendorong ini akan meningkatkan
kepercayaan diri klien dan menguatkan perilaku
9.4
DP 4: Ansietas berhubungan dengan konflik psikologis (konflik tidak sadar
tentang tujuan hidup) ditandai oleh konsentrasi dan memori buruk, penurunan
kemapuan untuk meraih ide, ketidakmampuan memahamu, gangguan kemampuan membuat
keputusan
Tujuan: Klien melaporkan ansietas telah
berkurang ke tingkat yang dapat diatasi
Intervensi:
1.) Kenali dan atasi perasaan sendiri
(perawat) dalam berespons terhadap ansietas klien
R: Jika perawat pernah mengalami
ansietas hal ini dapat dikomunikasikan dan dapat membantu menangani ansiets
klien
2.) Dengarkan keluhan klien tanpa
menghakimi, tunjukan empati, akui atau tetapkan persaan terhadap klien
R: Membantu klien mengidentifikasi
perasaan dasar dari ensietas, mengkomusikasikan ansietas, penerimaan dan
membimbing dalam menurunkan ansietas
3.) Kurangi stimulasi lingkungan,
pindahkan ke area yang tenang jauh dari klien lain. Anjurkan aktivitas yang
dapat menenangkan
R: Menurunkan rangsangan yang
menimbulkan ansietas dan distraksi. Membantu klien tidak berfokus kembali pada
ansietas
4.) Analisis kejadian dengan klien dan
petugas untuk mengidentifikasi faktor pencetus, tanda awal terbentuknya
ansietas
R: Mengembangkan rencana individu yang
dapat membantu menurunkan ansietas. Klien perlu belajar bagaimana mengatasi
ansietasnya sendiri dengan tindakan untuk menurunkan ansietas
5.) Kurangi pemecahan masalah untuk
klien dengan menawarkan hanya 2 pilihan (mis, ingin makan sereala atau telur,
bukan menawarkan menu lengkap)
R: Dengan mengurangi pilihan akan
mengurangi jumlah informasi untuk memproses dan meningkatkan pengambilan
keputusan
6.) Pilihkan untuk klien jika perlu,
berdasarkan pengetahuan tentang minat klien dan tingkat aktivitas, beri tahu
klien bagaimana pilihan tersebut ditetapkan
R: Pilihan yang tepat untuk klien dapat
menurunkan perasaan tidak adekuat ketika klien merasa malu sekali dan dapat
memberi model peran tentang proses pengambilan keputusan
9.5
DP 5: Gangguan proses keluarga berhubungan dengan krisis perkembangan (mis,
kehilangan anggota keluarga/hubungan) ditandai oleh ekspresi konfusi dan
pernyataan kesulitan mengatasi situasi
Tujuan: Klien mampu menunjukan
keterlibatan dalam proses pemecahan masalah yang mengarah pada jalan keluar
yang tepat sesui situsi
Intervensi:
1.) Kaji derajat difungsi keluarga dan
metode koping terbaru anggta keluarga
R: Mengidentifikasi msalahaggota kelarga
secara individu, memberi arah untuk intervensi. Arah yang paling banyaka adlah
komunikasi, penyesuaian dan kepusan pernikahan, emosi yang terekspresi dan
pemechana masalah
2.) Identifikasi pola kumonikasi dalma
keluarga. Apakah perasaan klien diekspresikan secara bebas?
R: Disfungsi komunikasi (mis, tekanan
yang berat, ekspresi yng negtif, preokupasi diri, kehilangan pola nonverbal
atau dukungan) memperberat perasaan tidak adekuat, penolakan, dan
ketidakmampuan menghadapi sebagai anggota keluarga
3.) Identifikasi tahap perkembangan
keluarga (mis, pasangan baru menikah/bercerai, anak-anak yang meniggalkan
rumah), komponen keluarga dan peran klien dalam konstelasi keluarga
R: Tahap perkembangan dapat menjadi
faktor dalam situasi ini dan depresi klien. Gangguan peran klien dapat
memperburuk disorganisasi keluarga pada anggota keluarga lain yang harus
melakukan tugas-tugas yang biasanya dilakukan klien
4.) Beri informasi yang penting secara
verbal, tertulis atau dengan format rekaman jika tepat
R: Memungkinkan anggota keluarga
meninjau ulang dan menggabungkan pengetahuan yang baru untuk membantu
penyelesaian situasi saat ini
5.) Libatkan dalam kelompok, keluarga,
dan psikoterapi jika diindikasikan
R: Kesempatan untk mendengarkan orang
lain yang menceritakan masalah dan alan keluar untuk mengatasinya dapat
mendorong anggota keluarga melihat gaya baru dalam berinteraksi
6.) Beri informasi mengenai sumber yang
tersedia sesuai keperluan (mis, pelayanan social, konseling)
R: Bimbingan diperlukan bagi anggota
keluarga untuk mengasimilasi ketrampilan baru dan mulai membuat perubahan gaya
hidup untuk meningkatkan kesejahteraan.
9.6
DP 6: Defisit pengetahuan mengenai diagnosis, penatalaksanaan dan kebutuhan
perawatan diri berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang patofisiologi dan
penatalaksanaan depresi ditandai oleh kurang mengikuti kelanjutan program
penatalaksanaan
Tujuan: Klien mampu mengungkapkan
pemahaman tentang kondisi , prognosis, dan program terapiutik
Intervensi:
1.) Tentukan tingkat pengetahuan,
kesiapan mental/ emosi untuk belajar
R: Kemungkinan pengalaman pertama dengan
penyakit/sistem kesehatan mental. Pengalaman terdahulu dapat atau tidak dapat
memberi informasi yang akurat. Kemungkinan terlalu depresi untuk mengakses informasi
secara akurat
2.) Beri informasi tentang
depresi/penatalaksanaan sesuai petunjuk. Beri informasi secara tertulis dan
verbal
R: Memberi kesempatan bagi klien untuk
mempelajari tentang situasinya sendiri dan meningkatkan ingatan
3.) Beri
informasi tentang terapi obat dan potensi efek samping, mis. Efek
antikolinergik, sedasi akibat antidepresan, kemungkinan krisis hipertensif jika
individu mengkosumsi makanan yang engandung histamine.
R: Pengetahuan dpat meningkatkan
kerjasama dengan program pengobatan. Terutama klien perlu untuk waspada bahwa
perbaikan tidak dapat muncul selama 4-6 minggu setelah terapi obat dimulai, dan
bahwa efek samping akan menghilang umumnya dalam 2 minggu
4.) Instruksikan klien untuk menghubungi
pemberi pelayanan sebelum menggunakan reseplain atau obat bebas dan memberi
tahu pemberi perawatan kesehaan lainny tentang program obat
R: Banyak obat mengandung zat yang dalam
kombinasi dengan antidepresan dapat mencetuskan krisis yang mengancam hidup
5.) Tekankan pentingnya tidak menghentikan
obat secra tiba-tiba
R: Penghentian obat secara tiba-tiba dapat
menyebabkan efek yang mrugikan (mis.dapat memperburuk kondisi, depresi yang
semakin dalam dan dapat mengakibatkan gejala putus obat seperti mual/muntah,
diare)
9.7
DP 7: Membahayakan diri berhubungan dengan depresi alam perasaan ditandai oleh
mengungkapkan ide bunuh diri
Tujun: Klien mengungkapkan
penurunan/tidak ada ide bunuh diri
Intervensi:
1.) Identifikasi derjat resiko/potensi
untuk bunuh diri malalui pertanyaan langsung (mis.”apakah anda pernah bepikir
tentang membunuh diri anda sendiri?”). kaji keparahan tendensi bunuuh diri,
perhatikan perilaku, perhatikan perilaku misalnya bahasa tubuh, ancaman,
membuang barang-barang miliknya, usaha bunuh diri yang terdahulu. Gunakan skala
1-10 dan priorotaskan perawtan menurut keparahan ancaman.
R: Derajat keputusasan yang
diekspresikan oleh klien adalah indicator penting keparahan depresi dan resiko
bunuh diri. Klien inpulsif lebih suka untuk berusaha bunh diri tanpa memberi
tanda-tanda termasuk klien dengan pikiran psikotik yang sangat beresiko jika
halusinasi atau delusi mendorong klien melukai diri sendiri. Catatan; individu
depresi yang tidak ditangani mempunyai angka bunuh diri sebanyak 15%
2.) Lakukan tindakan pencegahan bunuh
diri, misanya jelaskan pada klien bahwa anda memperhatikan keselamatannya dan
bahwa anda akan membantu klien untuk tetap merasa aman.
R: Mengomunikasikan perhatian dan
memberi perasaan terlindungi
3.) Ciptakan kontrak waktu yang spesifik
dengan klien tentang apa yang klien dan perawat akan berikan untuk keamanan
klien. Tempatkan salinan kontrak yang ditandatangani klien dengan petugas dan
berikan satu lembar salinan untuk disimpan klien
R: Mendokumentasikan tindakan yang
diambil untuk mencegah bunuh diri dan respons klien. Hal ini kuga akan
meningkatkan komunikasi dan dapat mmbantu klien menyadari bahwa orang lain
peduli apa yang terjadi
Jika
Dirawat:
4.) Hati-hati dalam menggunakan
peralatan yang berbahaya, pindahkan barang-barang yang bahaya dari individu
R: Memberi lingkungan yang aman dan
menyingkirkan barang-barang yang dapat mendukung usaha/pikiran bunuh diri
5.) Tinjau ulang program medis, termasuk
ECT yang memumngkinkan klien/keluarga bertanya dan mengekspresikan perasaan
secara bebas
R: Obat antidepresan memerlukan waktu 3
minggu atau lebih untuk menghalau alam perasaan. Pada waktu yang sama, bentuk
lain dari terapi dibutuhkan untuk memberi perlindungan bagi klien bunuh diri
6.) Lakukan observasi ketat (lakukan
pemeriksaan acak setiap 10 atau 15 menit untuk yang paling beresiko akut) Minta
klien untuk selalu berada dalam pengawasan petugas
R: Bersikap waspada terhadap usaha bunuh
diri dan dapat mencegah atau memutuskan perilaku yang berbahaya
7.) Evaluasi kembali potensi untuk bunuh
diri secara periodic pada waktu tertentu (mis. Selama perubahan alam perasaan,
pada awal dari perubahan pada program pengobatan, ketika terjadi penarikan
diri, sebelum mengirim pulang, dan sebelum pemulangan dari program)
R: Resiko bunuh diri paling besar adalah
selama beberapa minggu pertama setelah masuk perawatan. Risiko tertinggi adalah
ketika klien memiliki ide bunuh diri dan energy yang cukup untuk bertindak
bebas (mis.ketika klien merasa lebih baik)
DAFTAR PUSTAKA
Iyus Yosep. 2009. Keperawatan
Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.
Doenges, Marilynn E. 2006. Rencana
Asuhan Keperawatan Psikiatri.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar: