ads


Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

BAB 1
1.1  Definisi
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada baik terjadi sebagian atau keseluruhan. (Iyus: 173)
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
1.2  Fase-fase kehilangan
1.2.1        Fase pengingkaran (denial)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi. Reaksi fisik yang terjadi pada pasien pengingkaran adalah letih, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, mengangis, gelisah, tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi tersebut cepat berakhir dalam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.
1.2.2        Fase marah (anger)
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang yang ada dilingkungannya, orang-orang tertentu atau ditunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak, dan menuduh dokter dan perawat yang tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fasea ini antara lain muka marah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.


1.2.3        Fase tawar menawar (bergaining)
Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensiv, maka ia akan menuju ke fase tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
1.2.4        Fase depresi (depression)
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau berbicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang baik dan menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
1.2.5        Fase penerimaan (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran selalu berpusat pada objek atau orang hilang akan mulai berkurang atau hilang, individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya, gambaran tentang objek atau orang yan hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatian beralih kepada objek yang baru. Apabila dapat memulai fase-fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Tapi apabila individu tetap berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan jika ia mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.






BAB 2
2.1  Pengkajian
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
-          Genetik
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi sesuatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
-          Kesehatan jasmani
Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
-          Kesehatan mental
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
-          Pengalaman kehilangan masa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa.
-          Struktur kepribadian
Individu dengan konsep diri yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah dan tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.

-          Faktor presipitasi
Stress yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata, ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat biopsikososial antara lain meliputi kehilangan  kesehatan, kehilangan fungsi seksualitas, kehialngan peran dalam keluarga, kehilangan posisi di masyarakat, kehilangan milik pribadi seperti kehilangan harta benda atau orang yang dicintai, kehilangan kewarganegaraan.
-          Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti: menangis atau tidak mampu mengangis, marah-marah, putus asa, kadang-kadang ada tanda usaha bunuh diri atau ingin membunuh orang lain. Juga sering berganti tempat mencar informasi yang tidak menyokong diagnosanya.
-          Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai oleh individu dengan respon kehilangan antara lain denial, represi, intelektualisasi, regresi, disosiasi, supresi, dan proyeksi yang digunakan untuk menghindari insensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.






2.2 Diagnosa
1.      Dukacita, maladaptif berhubungan dengan kehilangan, pengalaman kehilangan.
2.      Dukacita yang berhubungan dengan kehilangan yang aktual atau dipersepsikan, seperti kehilangan fisiologis (kehilangan ekstremitas)
3.      Dukacita Adaptif berhubungan dengan kehilangan aktual atau yang dipersepsikan, didefinisikan sebagai respons terhadap kehilangan yang diharapkan atau diantisipasi. 
2.3 Intervensi
Tujuan: Tujuan jangka panjang: agar individu berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas
Tujuan jangka pendek: pasien mampu:
1.      Mengungkapkan perasaan duka
2.      Menjelaskan makna kehilangan orang atau objek
3.      Membagi rasa dengan orang yang berarti
4.      Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai
5.      Membina hubungan baru yang bermakna dengan objek atau orang yang baru

Kriteria hasil: klien akan:
-          Mengidentifikasi kehilangan dan maknanya bagi diri sendiri (persepsi yang adekuat)
-          Mengungkapkan perasaan, secara verbal dan non verbal
-          Menetapkan dan mempertahankan nutrisi, hidrasi, dan eliminasi yang adekuat
-          Menetapkan dan mempertahankan keseimbangan istirahat, tidur, dan aktivitas yang adekuat
-          Menetapkan atau mempertahankan sistem pendukung yang adekuat
-          Menyatakan pengetahuan tentang proses berduka
-          Menyatakan rencana masa depan yang realistis dalam mengintegrasikan kehilangan.
Intervensi
Intervensi
Rasional
Bina hubungan saling percaya
Kehadiran anda menunjukkan perhatian dan kepedulian.
Bicara pada klien tentang hal yang realistis terkait dengan kehilangannya, diskusikan perubahan yang telah terjadi akibat kehilangan dan perubahan yang harus dilakukan
Mendiskusikan pada tahap ini dapat membantu membuatnya lebih nyata bagi klien.
Dorong ekspresi perasaan dengan cara yang membuat klien nyaman, misal: berbicara, menulis, menggambar, menangis, dsb. Sampaikan penerimaan anda terhadap perasaan ini dan makna ekspresi.
Eksprei perasaan dapat membantu klien mengidentifikasi, menerima, dan mengatasi perasaannya walaupun hal tersebut menyakitkan atau membuat klien tidak nyaman
Rujuk ke fasilitas keagamaan, pendeta, atau individu sumber spiritual lainnya yang dapat diindikasikan
Klien mungkin lebih nyaman mendiskusikan masalah spiritual dengan seorang penasehat yang sama dengan sistem keyakinannya




Intervensi
1.      Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut:
a.       Fase pengingkaran
-          Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
-          Menunjukkan sikap menerima, ikhlas, dan mendorong pasien berbagi rasa
-          Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan, dan kematian.
b.      Fase marah
Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
c.       Fase tawar menawar
Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.
d.      Fase depresi
-          Mengidentifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri
-          Membantu pasien mengurangi rasa bersalah
e.       Fase penerimaan
Membantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa direlakan.



Prinsip keperawatan pada anak dengan respon kehilangan
  1. Memberi dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga anak selama berduka.
  2. Menggali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah.
  3. Membantu anak melalui proses berkabung dengan memperlihatkan perilaku oleh orang lain
  4. Mengikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi kerumah duka.
Prinsip keperawatan pada orang tua dengan respon kehilangan
1.      Menyediakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
2.      Menganjurkan pasien untuk memegang atau melihat jenazah anaknya.
3.      Menyiapkan perangkat kenangan
4.      Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan
5.      Menjelaskan kepada pasien/keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta tempat mereka minta bantuan bila diperlukan.







DAFTAR PUSTAKA

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Iyus Yosep. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama


About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
This is the last post.

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top